Rabu, 30 Desember 2009

Harga Minyak Melambung Lagi

0 komentar
Harga minyak dunia naik pada Selasa waktu setempat, di tengah ekspektasi penarikan yang lebih besar dari stok di Amerika Serikat seiring cuaca dingin meningkatkan permintaan untuk bahan bakar pemanas.

Seperti dilaporkan AFP, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Februari, naik 10 sen untuk menetap di 78,87 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Februari naik 32 sen menjadi 77,64 dolar per barel. Sentimen pasar didorong oleh ekspektasi bahwa Departemen Energi (DoE) pada Rabu akan melaporkan penurunan stok AS untuk pekan yang berakhir 25 Desember di tengah cuaca dingin di sebagian besar wilayah negara.

Kebanyakan analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun 1,7 juta barel dan stok destilasi termasuk diesel dan minyak pemanas, turun 2,1 juta barel.

“Pasar pasti menunggu laporan Departemen Energi besok karena kami memiliki cuaca dingin di timur laut dan ada perkiraan persediaan distilasi menurun, serta persediaan minyak mentah menurun karena kami menuju akhir tahun,” kata analis Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Pasar memperoleh dukungan lebih lanjut dari ketegangan geopolitik yang dipicu oleh tindakan keras pada pemerotes oleh produsen minyak mentah utama Iran, dan dari perselisihan transit minyak antara Rusia dan Ukraina.

“Cuaca dingin di Amerika Utara, kekhawatiran geopolitik Iran, sengketa masalah transit minyak Rusia-Ukraina, serta harapan penarikan stok minyak mentah lebih lanjut di AS mungkin telah memberikan dukungan,” para analis di perusahaan konsultan JBC Energy di Wina mengatakan dalam catatan kliennya.

Harga minyak telah melompat minggu lalu karena penurunan stok energi AS yang lebih besar dari perkiraan telah memicu harapan meningkatnya permintaan.

Data yang dikeluarkan DoE Rabu lalu, telah menunjukkan stok minyak mentah AS turun 4,9 juta barel menjadi 327.5 juta pada pekan yang berakhir 18 Desember.

Sementara itu, pada Selasa, Rusia dan Ukraina menyepakati persyaratan baru untuk transit minyak Rusia ke Eropa, menghindari kembalinya krisis energi akhir tahun setelah Perdana Menteri Vladimir Putin menuduh Kiev dari “penyalahgunaan” kesepakatan.

Seorang juru bicara untuk kementerian energi Rusia di Moskow menegaskan bahwa sebuah kesepakatan baru telah disimpulkan tapi dia menolak untuk memberikan rinciannya. Pejabat di kedua negara mengatakan kesepakatan hanya mencakup 2010.

Perselisihan antara Rusia dan Ukraina pada harga gas alam tahun lalu mengarah ke penghentian pasokan gas Rusia ke Eropa dan mengakibatkan kekurangan parah di beberapa negara saat musim dingin.

Perjanjian minyak datang sehari setelah Uni Eropa mengumumkan bahwa Rusia telah memicu sebuah “mekanisme peringatan dini”.Perusahaan negara Ukraina yang memonopoli pipa minyak, Naftogaz, Senin mengakui pihaknya mencari perubahan untuk persyaratan kontrak transit minyak 2004 dengan Rusia.

(sumber : antara.com )

Kerusakan Akibat Penambangan Emas

3 komentar
Kasus Newmont pada dasarnya hanya puncak sebuah gunung es besar. Siti Maimunah dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memastikan semua operasi pertambangan membawa akibat yang tidak kecil pada lingkungan. ”Pengerukan lahan saja sudah menimbulkan kerusakan. Penambangan juga industri yang rakus air. Belum lagi soal pembuangan limbah,” ujarnya pekan lalu.

Pada dasarnya ada tiga jenis limbah yang muncul akibat operasi pertambangan. Pertama, overburden atau tanah buangan hasil pengerukan. Kedua, tailing. Ini sering jadi masalah karena jumlahnya besar dan mencemari air. Dan ketiga, air asam tambang yang potensial terbentuk saat permukaan bumi dibuka sehingga unsur tanah tidak seimbang dengan udara.

”Kita hanya menyebut kerusakan lingkungan itu pada tempatan (lokasi penambangan). Padahal ini masalah dari hulu hingga ke hilir,” kata Siti.

Berikut beberapa kasus pertambangan emas yang sempat dicatat TEMPO.

Penambangan Liar
Selain pertambangan resmi, penambangan liar juga memberikan kontribusi bagi kerusakan lingkungan. Tersebar di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, tapi luasnya tidak terdeteksi dengan baik.

PT Barisan Tropikal Mining
Klaim Jatam: Penambangan di Bukit Tembang, Desa Sukamenang, Kecamatan Muara Tiku, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, mengakibatkan kerusakan hutan. Setelah ditutup tahun 2001, banyak masyarakat sakit pernapasan, sakit perut, gatal-gatal, air sungai keruh, ikan susah didapat.

PT Indo Muro Kencana
Klaim Jatam: Penambangan emas di Barito Utara, Kalimantan Tengah, ini mengakibatkan pencemaran sungai dan kawasan pertambangan. Air Sungai Manghakui, yang melalui Desa Oreng Kecamatan Tanah Siang, yang semula jernih, jadi keruh. Ikan pun tidak bisa dikonsumsi.

PT Aneka Tambang
Klaim Jatam: Kerusakan lingkungan di lokasi penambangan emas di Gunung Pongkor, Jawa Barat. Konflik dengan penambang emas liar.
Jawaban Aneka Tambang: Lingkungan rusak akibat penambang liar.

PT Kelian Equatorial Mining
Klaim Jatam: Sungai Kelian, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur, tercemar sianida (CN) dan merkuri (Hg) akibat penambangan emas dan perak PT Kelian Equatorial Mining (KEM).
Jawaban PT KEM: Pencemaran karena penambangan liar. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kal-Tim pernah melakukan pengujian dan hasilnya masih di bawah ambang batas kandungan logam berat dalam air. Lahan bekas tambang rencananya akan dijadikan hutan lindung.

PT Newmont Nusa Tenggara
Klaim Jatam: Pipa limbah tambang emas di Batu Hijau, Sumbawa, pernah bocor.
Jawaban Newmont: Kebocoran langsung diatasi. Yang keluar campuran bahan tidak beracun.

PT Newmont Minahasa Raya
Klaim Jatam: Newmont Minahasa Raya (NMR) membuang tak kurang dari 2.000 ton limbah ke Teluk Buyat, Sulawesi Utara, menggunakan pipa sepanjang 900 meter. Penelitian Walhi menunjukkan tiap tahun kadar merkuri di Teluk Buyat meningkat. Ratusan warga menderita berbagai penyakit kulit.
NMR: Tidak ada pencemaran. Tailing Newmont Minahasa yang dibuang ke perairan tidak hitam, tapi merah.

PT Freeport Indonesia
Klaim Jatam: Pengerukan tembaga dan emas meninggalkan lubang raksasa sedalam 700 meter. Danau Wanagon menjadi tumpukan batuan limbah (overburden) yang sangat asam dan beracun. Tiga sungai utama di Mimika—Sungai Aghawagon, Sungai Otomona, dan Sungai Ajkwa—jadi tempat pembuangan tailing.
Jawaban PT Freeport Indonesia: Tailing dan limbah sudah diolah. Reklamasi dan penghijauan sudah dilakukan. PT Freeport Indonesia juga yang pertama menggunakan sistem pengelolaan lingkungan berstandar ISO (Organisasi Standardisasi Internasional) 14001.

Sumber: data diolah dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan publikasi tiap perusahaan

Si Pembawa Maut

Antimon
Antimon (Sb) sudah dikenal sejak abad ke-17. Terdiri dari dua bentuk, metal padat berwarna perak dan serbuk halus berwarna abu-abu. Banyak digunakan dalam industri untuk menguatkan metal lainnya. Juga untuk baterai, peluru, dan pelapis kabel.

Arsenik
Arsenik (As) adalah logam toksik yang terdapat di alam, air, dan batu. Berwarna abu-abu, berbentuk kristal, dan rapuh. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian dan penyakit lain. Susah dideteksi karena tidak berbau dan tidak terasa.

Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa. Sudah digunakan sejak masa Mesir kuno 1.500 tahun sebelum Masehi. Keracunan merkuri mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem saraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian.

Alternatif Pengolahan Limbah Logam Berat

Sistem pembuangan limbah padat (tailing) seperti dilakukan PT Newmont Minahasa Raya di Teluk Buyat berisiko tinggi. Maklumlah, teknologi pembuangan tailing yang disebut submarine tailing disposal (STD) ini menggunakan prinsip termoklin alias membuang limbah ke dasar laut.

Menurut Hazardous Substance Research Center di St. Louis, Amerika Serikat, ada dua teknologi alternatif untuk mengolah limbah padat berkandungan merkuri (Hg) dan arsenik (As), yaitu low temperature thermal desorption (LTTD), atau teknologi phytoremediation.

Low Temperature Thermal Desorption

Material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat Celsius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Material akan lebih mudah diuapkan daripada dalam kondisi tekanan tinggi. Dengan sistem ini, polutan merkuri dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan.
Keunggulan: Proses pengolahan cepat, investasi peralatan murah.
Kelemahan: Daerah buangan terbatas.

Phytoremediation

Menggunakan pohon, rumput, atau tanaman lain sebagai alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami tanaman tertentu yang menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar dalam limbah.
Keunggulan: Mudah dan murah.
Kelemahan: Perlu waktu lama dan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman. Limbah di bawah tanah tak terjangkau. Tanaman kemungkinan beracun.( sumber : http://majalah.tempointeraktif.com)

Kerusakan Terumbu Karang Ancam Keamanan Pangan

0 komentar
Tekanan perubahan iklim terhadap terumbu karang mengancam keberlanjutan ketersediaan pangan dan akan memaksa masyarakat di daerah pesisir berpindah karena kehilangan sumber makanan dan sumber pendapatan.

Studi yang dilakukan World Wildlife Fund (WWF) Internasional juga menyebutkan bahwa jika dunia tidak mengambil tindakan efektif untuk menekan dampak perubahan iklim maka kawasan terumbu karang di Segitiga Karang (Coral Triangle) akan hilang pada akhir abad ini. Hal itu membuat kemampuan daerah pesisir untuk menghidupi populasi di daerah sekitarnya akan berkurang 80 persen.

Direktur Jenderal WWF Internasional James Leape mengatakan, hal itu bisa terjadi karena keberadaan terumbu karang sangat memengaruhi kelangsungan ekosistem laut, termasuk kehidupan sumber daya hayati di dalamnya. Segitiga Karang yang meliputi kawasan Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Niugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste mencakup 30 persen dari terumbu karang di dunia dan 76 persen dari spesies karang yang membentuknya merupakan tempat bertelur jenis ikan strategis, seperti ikan tuna.

"Jika terumbu karang, mangrove dan rumput laut dibiarkan rusak dan tidak diperhatikan, sumber daya hayati laut yang tersisa untuk dinikmati akan tinggal 10 persen dari yang ada sekarang," kata Prof Ove Hoegh-Guldberg dari University of Queesnsland di Manado, di sela Konferensi Kelautan Dunia (WOC), Rabu.

Hoegh-Guldberg, yang memimpin penelitian tentang perubahan iklim dan terumbu karang, mengatakan bahwa 300 publikasi ilmiah di bidang biologi, ekonomi, dan perikanan menunjukkan dua kemungkinan masa depan bagi lingkungan laut pada abad ini.

"Kemungkinan terburuk terjadi jika kita tetap saja hidup dalam jalur iklim, seperti sekarang atau melakukan sedikit hal untuk melindungi kawasan pesisir dari serangan gencar ancaman lokal," katanya.

Menurut Leape, saat ini komunitas dunia mesti berusaha mencari cara untuk secepatnya menurunkan emisi gas rumah kaca serta mencari tahu bagaimana melakukan adaptasi dan mitigasi untuk mengatasi masalah itu.

"Dukungan finansial untuk adaptasi dan mitigasi harus tersedia. Juga harus ada komitmen politik untuk menggerakkan upaya ini," katanya.

Menurut Hoegh-Guldberg, dalam kondisi seperti sekarang ini masyarakat di negara-negara berkembang yang paling berisiko terkena dampak mesti menyatukan suara supaya para pemimpin dunia mendukung upaya adaptasi dan mitigasi mereka.

Para pemimpin dunia, kata dia, harus mendukung negara-negara Segitiga Karang melindungi masyarakat paling rentan terhadap kenaikan muka air laut dengan membantu memperkuat pengelolaan sumber daya alam kelautan dan menempa kesepakatan yang kuat pada penurunan gas rumah kaca di Konferensi Iklim PBB di Kopenhagen bulan Desember mendatang.

"Negara-negara maju harus membantu negara berkembang. Dalam kondisi seperti sekarang, krisis global akan menjadi alasan bagi mereka untuk tidak melakukannya, karena itu negara-negara berkembang harus menyatukan suara di Kopenhagen nanti," katanya.

Selain itu, pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat mesti fokus dalam memetakan daerah, sektor dan kelompok masyarakat yang akan terkena dampak perubahan iklim paling parah serta kemudian mencoba membuat program, penganggaran, dan rencana aksi untuk menanganinya. "Harus ada tindakan terpadu dengan memberdayakan masyarakat," katanya.
(sumber : kompas.com )
 
footer